Minggu, 13 Oktober 2019

Menulis di Media Sosial : Berbagi Nilai atau Promosi Diri Sendiri

Oleh : Bambang Haryanto

Penolakan itu menyakitkan. Dalam cinta. Dalam berburu pekerjaan. Dalam konteks saya, adalah saat mengirim artikel ke surat kabar nasional.

Berkali-kali ditolak. Dalam surat pengembalian artikel (budaya email masih belum ada) selalu disertakan pelbagai syarat untuk tulisan yang berpeluang dimuat. Antara lain, isi harus aktual. Memuat pandangan baru.Terkait kepentingan orang banyak. Bukan artikel teknis.

Jadilah impian bahwa nama saya akan tampil di halaman opini, mejeng sehari sebagai thought leader, tetap tidak kesampaian sampai hari ini. Penolakan itu memicu untuk mencari jalan lain. Memang tidak pernah muncul di halaman opini, syukurlah beberapa kali tulisan saya ternyata bisa dimuat di halaman lainnya.

Di era media sosial kini, mungkin dorongan orang untuk menulis di media massa menyurut. Alasannya, mengapa harus berkompetisi, dengan kemungkinan besar ditolak, sementara di akun medsos milik kita, kita bisa menulis apa saja, sebebas apa pun mau kita?

Pendapat itu setengah benar. Tetapi upaya menulis di media massa, tetap berguna. Karena ada seleksi, minimal memandu kita untuk selalu menulis yang berorientasi berbagi value bagi pembaca.

Kepentingan pembaca yang menjadi fokus kita, dan bukan sibuk berbusa-busa membicarakan diri kita sendiri semata walau peluangnya terbuka. 

Seorang Guy Kawasaki, penulis 13 buku, pernah membagikan tips menulis di media sosial. Porsinya, menurutnya, 90 persen konten bagus dan sisanya, 10 persen adalah upaya menahan diri dari kemaruk memromosikan diri sendiri.

Ah, itu berat sekali itu, Guy !
Anda setuju?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar